BANGUNAN PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Anda menyukai wisata sejarah budaya ? Suka melihat keindahan seni arsitektur bangunan-bangunan peninggalan masa lalu ? Berkunjunglah ke kabupaten Mojokerto, sebuah kota kecil yang terletak sekitar 45 kilometer arah barat daya dari Kota Surabaya, Ibukota Propinsi Jawa Timur.
Sekalipun termasuk kategori kota kecil, Kabupaten Mojokerto terus berbenah secara dinamis dari waktu ke waktu. Selain itu Kabupaten Mojokerto menyimpan sebuah misteri dari sebuah Kemaharajaan Agung yang turut mewarnai perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia.
Anda tentu paham yang dimaksud dari Kemaharajaan Agung bukan ? Ya, kerajaan Majapahit…sebuah kerajaan hindu yang amat terkenal lantaran mampu mempersatukan seluruh wilayah Nusantara bahkan sebagian dari wilayah Asia Tenggara. Besarnya wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit tentunya berimbas pula pada betapa makmur dan majunya peradaban di wilayah Antawulan, Ibukota kerajaan Majapahit yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan. Istilah Bhinneka Tunggal Ika, nama satelit Palapa adalah sebagian “Peninggalan Majapahit” yang masih kita gunakan hingga saat ini. Surya Majapahit, lambang dari kerajaan ini juga masih sering digunakan sebagai ornamen bangunan rumah oleh sebagian penggemar langgam arsitektur Majapahit.
Anda tentu paham yang dimaksud dari Kemaharajaan Agung bukan ? Ya, kerajaan Majapahit…sebuah kerajaan hindu yang amat terkenal lantaran mampu mempersatukan seluruh wilayah Nusantara bahkan sebagian dari wilayah Asia Tenggara. Besarnya wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit tentunya berimbas pula pada betapa makmur dan majunya peradaban di wilayah Antawulan, Ibukota kerajaan Majapahit yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan. Istilah Bhinneka Tunggal Ika, nama satelit Palapa adalah sebagian “Peninggalan Majapahit” yang masih kita gunakan hingga saat ini. Surya Majapahit, lambang dari kerajaan ini juga masih sering digunakan sebagai ornamen bangunan rumah oleh sebagian penggemar langgam arsitektur Majapahit.
Banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat kita lihat hingga saat ini, terutama di wilayah kecamatan Trowulan yang dulu merupakan ibukota kerajaan Majapahit. Wujud bangunan yang masih tersisa antara lain berupa bangunan candi, pintu gerbang kerajaan, kolam pemandian, bangunan reservoir air, bangunan waduk, bangunan kanal, sumur kuno, makam kuno, sisa bangunan pendapa, sisa pemukiman kuno hingga sisa bangunan rumah.
Selain peninggalan berupa bangunan, ratusan ribu artefak Majapahit berupa koin mata uang, batu bata, batu umpak, batu lumpang, genting, pecahan tembikar, celengan hingga keramik cina tersebar di seluruh penjuru Trowulan dalam cakupan areal seluas kira-kira 10 x 11 km dan masih sering ditemukan oleh penduduk sampai sekarang.
Jika anda hendak ke Trowulan caranya sangat mudah karena berada di tepi jalur utama Surabaya-Solo, kira-kira hanya sekitar 1 jam ditempuh dengan bus dari terminal Bungurasih. Anda bisa turun di terminal Kertajaya Mojokerto lalu pindah naik angkot atau memilih langsung turun di perempatan lampu merah Trowulan. Dari sana sudah banyak petunjuk arah menuju obyek wisata sejarah kerajaan Majapahit.
Namun jika anda ingin lebih leluasa dalam menelusuri semua bangunan tersebut, ada baiknya anda membawa kendaraan pribadi lantaran begitu banyaknya situs yang tersebar di sana.
Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di sekitar Trowulan antara lain :
Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di sekitar Trowulan antara lain :
1.Candi Wringin Lawang
Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur candi bentar atau “candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan dalam gaya arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai pintu gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo, tepatnya di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.
Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur candi bentar atau “candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan dalam gaya arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai pintu gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo, tepatnya di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.
2.Candi Brahu
Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang sekarang merupakan sentra pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu adalah bangunan suci peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit yang wafat diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.
Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang sekarang merupakan sentra pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu adalah bangunan suci peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit yang wafat diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.
3.Candi Gentong
Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga wujudnya masih berupa reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan nyaman. Lokasinya sendiri berdekatan dengan candi Brahu.
Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga wujudnya masih berupa reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan nyaman. Lokasinya sendiri berdekatan dengan candi Brahu.
4.Candi Tikus
Adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang berbentuk bangunan kolam bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan arsitektur teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi utara terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama yang menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai tempat pemandian putri raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri diambil lantaran dulunya lokasi ini menjadi sarang tikus yang sering menjadi gangguan hama bagi sawah milik penduduk.
Adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang berbentuk bangunan kolam bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan arsitektur teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi utara terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama yang menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai tempat pemandian putri raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri diambil lantaran dulunya lokasi ini menjadi sarang tikus yang sering menjadi gangguan hama bagi sawah milik penduduk.
5.Candi Bajang Ratu
Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan Candi Tikus, berupa bangunan ramping nan anggun dengan arsitektur gapura paduraksa setinggi 16,5 meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan yang menampilkan ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa berarti “Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini, sedang yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam usia sangat muda. Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang Ratu sebagai penghormatan bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.
Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan Candi Tikus, berupa bangunan ramping nan anggun dengan arsitektur gapura paduraksa setinggi 16,5 meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan yang menampilkan ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa berarti “Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini, sedang yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam usia sangat muda. Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang Ratu sebagai penghormatan bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.
6.Candi Kedaton
Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi hingga kini, karena wujudnya masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada komplek candi ini terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong rahasia, mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya menyingkap misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa Majapahit akhir.
Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi hingga kini, karena wujudnya masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada komplek candi ini terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong rahasia, mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya menyingkap misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa Majapahit akhir.
7.Candi Minak Jinggo
Bangunan yang terletak didekat Kolam Segaran ini hanya tersisa reruntuhannya saja, memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan batu andesit di bagian luar dan baru bata di bagian dalam. Di candi ini ditemukan arca unik berwujud ukiran makhluk ajaib yang diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini mennjadi isyarat kuat bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit dengan Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat erat dengan legenda rakyat Damar Wulan dan Menak Jinggo.
Bangunan yang terletak didekat Kolam Segaran ini hanya tersisa reruntuhannya saja, memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan batu andesit di bagian luar dan baru bata di bagian dalam. Di candi ini ditemukan arca unik berwujud ukiran makhluk ajaib yang diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini mennjadi isyarat kuat bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit dengan Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat erat dengan legenda rakyat Damar Wulan dan Menak Jinggo.
8.Candi Grinting
Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa karang jeruk kecamatan Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang diperoleh tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.
Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa karang jeruk kecamatan Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang diperoleh tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.
9.Pendopo Agung
Bangunan ini dulunya berupa penemuan umpak-umpak besar yang diduga sisa dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat raja Majapahit menemui tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam Segaran. Sekarang lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi bangunan pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh peziarah dan “konon” kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya terutama pada malam Jum’at.
Bangunan ini dulunya berupa penemuan umpak-umpak besar yang diduga sisa dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat raja Majapahit menemui tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam Segaran. Sekarang lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi bangunan pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh peziarah dan “konon” kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya terutama pada malam Jum’at.
10.Kolam Segaran
Adalah bangunan monumental berupa kolam besar dari batu bata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter persegi. Kedalaman Kolam Segaran sekitar 3 meter dengan tebal dinding 1,6 meter. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa ‘segara’ yang berarti ‘laut’, mungkin masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar ini sebagai miniatur laut. Diduga fungsi kolam ini adalah sebagai reservoir air bagi pemukiman penduduk kerajaan Majapahit yang padat, atau sebagai tempat latihan renang bagi prajurit kerajaan. Dugaan lain adalah sebagai tempat hiburan menjamu tamu-tamu kerajaan, dimana mereka dijamu di tepi kolam dengan perlengkapan makan dari emas dan perak, lalu sesuai acara perjamuan peralatan nan mahal ini dilemparkan ke tengah-tengah kolam untuk menunjukkan betapa makmurnya kerajaan Majapahit.
Adalah bangunan monumental berupa kolam besar dari batu bata, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter persegi. Kedalaman Kolam Segaran sekitar 3 meter dengan tebal dinding 1,6 meter. Nama Segaran berasal dari bahasa Jawa ‘segara’ yang berarti ‘laut’, mungkin masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar ini sebagai miniatur laut. Diduga fungsi kolam ini adalah sebagai reservoir air bagi pemukiman penduduk kerajaan Majapahit yang padat, atau sebagai tempat latihan renang bagi prajurit kerajaan. Dugaan lain adalah sebagai tempat hiburan menjamu tamu-tamu kerajaan, dimana mereka dijamu di tepi kolam dengan perlengkapan makan dari emas dan perak, lalu sesuai acara perjamuan peralatan nan mahal ini dilemparkan ke tengah-tengah kolam untuk menunjukkan betapa makmurnya kerajaan Majapahit.
11.Situs Lantai Segi Enam
Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x 29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat. Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.
Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x 29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat. Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.
12.Alun-Alun Watu Umpak
Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton, berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan situs candi Kedaton.
Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton, berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan situs candi Kedaton.
13.Makam Putri Campa
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di dekat Candi Menak Jinggo dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon adalah selir atau istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam diperkirakan Putri Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan konon berhasil mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam. Seperti diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja Brawijaya, raja Majapahit pada periode akhir.
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di dekat Candi Menak Jinggo dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon adalah selir atau istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam diperkirakan Putri Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan konon berhasil mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam. Seperti diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja Brawijaya, raja Majapahit pada periode akhir.
14.Makam Troloyo
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana kebanyakan batu nisan disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo membuktikan bahwa komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana kebanyakan batu nisan disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo membuktikan bahwa komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada pertengahan abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui dan dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit
15. Siti Inggil
Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu. Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.
Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu. Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.
Nah, selain dari daftar diatas masih banyak lagi lokasi-lokasi situs bersejarah yang tersebar di penjuru Kabupaten Mojokerto yang bisa anda kunjungi. Lebih jelas lagi bila anda menyempatkan diri untuk berkunjung ke Museum Trowulan, yang menyimpan puluhan ribu artefak peninggalan Majapahit.
0 komentar "BANGUNAN PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar